PERSENTASE BAGIAN IKAN YANG DAPAT DIMAKAN
DISUSUN
OLEH:
MULYANSYAH
0910580819005
PUTRI NURUL HIKMAH
0910580819010
INDAH
091058081900
MULYANSYAH
0910580819005
PUTRI NURUL HIKMAH
0910580819010
INDAH
091058081900
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL
PERTANIAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SIDENRENG RAPPANG
2019
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Ikan merupakan sumber bahan pangan hewani yang
mempunyai berbagai keunggulan karena dapat diterima semua agama dan tidak
memerlukan cara pemeliharaan secara khusus. Dari aspek nutrisi, ikan juga
unggul karena merupakan sumber alami asam lemak omega 3 tertinggi. Namun
demikian ikan bersifat mudah rusak sehingga perlu penanganan yang cermat, baik,
benar serta cepat agar kualitas ikan dapat dipertahankan selama mungkin
sehingga dapat memberikan manfaat optimal. Hanya ikan yang berkualitas baik
yang memberikan manfaat kesehatan secara optimal.
Indonesia dikenal sebagai Negara bahari dengan
wilayah lautnya mencakup tiga per empat luas Indonesia atau 5,8 juta km2 dengan
garis pantai sepanjang 81.000 km, sedangkan luas daratannya hanya 1,9 km2 .
Wilayah laut yang sangat luas tersebut mengandung sumber daya alam (perikanan)
yang sangat berlimpah dan memiliki banyak sekali jenis ikan (sekitar 3000 jenis
ikan), salah satunya adalah ikan layang.
Ikan layang khususnya menduduki peringkat
tertinggi baik dari segi persediaan maupun hasil penjualan, karena ikan ini
dikonsumsi oleh hampir semua lapisan masyarakat. Kenyataan menunjukkan bahwa
dari hasil tangkapan nelayan tradisional, penjualan ikan layang menempati
jumlah lebih banyak dibanding penjualan ikan lainnya. Daging ikan layang
memiliki kandungan protein yang tinggi yang merupakan sumber
nutrisi yang penting bagi pertumbuhan bakteri
B. Tujuan
praktikum
Tujuan dalam praktikum menghitung bagian ikan yang
dapat di makan adalah untuk mengetahui persentase tubuh ikan yang layak untuk
di makan.
BAB II
TINJAUAN PUSKATA
A. Klasifikasi
Ikan layang (Decapterus russelli) adalah jenis ikan perairan pantai (coastal)
dan laut dangkal (neritic) yang bersifat stenohalin banyak tertangkap di
sekitar perairan Teluk Likupang pada musim timur, mulai bulan Maret sampai
Agustus. Perikanan ikan layang di daerah ini berkembang terus setiap tahun,
sehingga harus dikelola dengan baik dan rasional. Untuk itu, penelitian aspek –
aspek biologinya adalah sangat penting, karena dengan berdasarkan informasi
biologis, semua konsekuensi yang mungkin timbul oleh sejumlah alternatif dapat
dikurangi. Salah satu informasi biologi yang penting adalah hubungan panjang –
berat dan faktor kondisi ikan (Manik, 2009).
Klasifikasi ikan layang menurut Saanin
(1984) sebagai berikut:
Kingdom
: Animalia
Phylum
: Chordata
Sub
phylum : Vertebrata
Class
: Pisces
Sub
Class : Teleostei
Order
: Percomorphi
Sub
Order : Percoidae
Family
: Perciformes
Sub
Family : Carangi
Genus
: Decapterus
Spesies
: Decapterus russeli
B. Morfologi,
Anatomi dan Penyebaran
Secara fisik, ikan terdiri atas kepala 21%, tulang
14%, sisik dan sirip 13%, isi perut 16% dan bagian otot (daging) 36%. Proporsi
ini sangat bervariasi menurut ukuran dan bentuk dari setiap spesies, akan
tetapi pada umumnya bagian daging mencapai 30-40%. Namun, tidak semua bagian
tubuh ikan dapat dimakan, bagian- bagian ikan yang dapat dibuang antara lain,
sisik, kulit atau cangkang, isi perut, ekor dan sirip, tulang, kepala seta
insang. (Tim Penyusun Penuntun Praktikum
Pengetahuan Bahan Hasil Pertanian, 2019).
Ikan layang (D.russelli)
merupakan salah satu komunitas perikanan pelagis kecil yang penting di
Indonesia. Ikan yang tergolong suku Carangidae ini bisa hidup bergerombol.
Ukurannya sekitar 15 centimeter meskipun ada pula yang bisa mencapai 25
centimeter . Ciri khas yang sering dijumpai pada ikan layang ialah terdapatnya
sirip kecil (finlet) di belakang sirip punggung dan sirip dubur dan terdapat
sisik berlingin yang tebal (lateral scute) pada bagian garis sisi (lateral
line) (Nontji, 2002 ; Prihartini, 2006).
Diskripsi ikan layang biasa (D.russelli), badan memanjang, agak gepeng. Dua sirip punggung. Sirip
punggung pertama berjari-jari keras 9 (1 meniarap + 8 biasa), sirip punggung
kedua berjari – jari keras 1 dan 30 – 32 lemah. Sirip dubur berjari-jari keras
2 (lepas) dan 1 bergabung dengan 22 – 27 jari sirip lemah. Baik di belakang
sirip punggung kedua dan dubur terdapat 1 jari-jari sirip tambahan ( finlet)
termasuk pemakan plankton, diatomae, chaetognatha, copepoda, udangudangan,
larva-larva ikan,juga telur-telur ikan teri (Stolephorus sp.). Hidup di
perairan lepas pantai, kadar garam tinggi membentuk gerombolan besar. Dapat
mencapai panjang 30 Cm, umumnya 20 – 25 cm. Warna: biru kehijauan, hijau pupus
bagian atas, putih perak bagian bawah (Prihartini, 2006).
Ikan layang termasuk jenis ikan perenang cepat,
bersifat pelagis, tidak menetap dan suka bergerombol. Jenis ikan ini tergolong
“stenohaline”, hidup di perairan yang berkadar garam tinggi (32 – 34 promil)
dan menyenangi perairan jernih. Ikan layang banyak tertangkap di perairan yang
berjarak 20 – 30 mil dari pantai. Sedikit informasi yang diketahui tentang
migrasi ikan , tetapi ada kecenderungan bahwa pada siang hari gerombolan ikan
bergerak ke lapisan air yang lebih dalam dan malam hari kelapisan atas perairan
yang lebih. Dilaporkan bahwa ikan ini banyak dijumpai pada kedalaman 45 – 100
meter (Prihartini, 2006).
C. Ciri-Ciri
Ikan Layang
Ciri-ciri
ikan D.ruselli adalah mempunyai dua
sirip punggung, sirip punggung pertama dengan 9 jari-jari keras, sirip punggung
kedua berjari-jari keras 1 dan 30-32 jari-jari lemah; sirip dubur dengan 24-26
jari-jari lemah. Terdapat 40 kelopak tebal (lateral scute) pada garis rusuk
bagian batang ekor, maxilla hampir mencapai lengkung mata terdepan; gigi pada
tulang mata banyak bagian depan dalam dua tumpukan (Aprilianty, 2000).
Ikan layang
(Decapterus russelli) memiliki bentuk badan yang memanjang dan agak gepeng.
Memiliki sirip dada yang berbentuk falcate (selalu berubah sesuai dengan umur)
dan ujung sirip tersebut mencapai awal sirip punggung kedua. Memiliki bintik
hitam pada tepian insang. Sirip tambahan (finlet) terdapat pada bagian belakang
sirip puggung dan sirip dubur. Bagian atas tubuhnya berwarna biru kehijauan dan
bagian bawah eperakan, sirip-siripnya kekuningan atau kecoklatan (Aprilianty,
2000).
BAB III
PROSEDUR PRAKTIKUM
A. Waktu
dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Senin, 21 November 2019, jam 13:00 WITA, bertempat di Laboratorium Dasar
lantai 2 Fakultas Saintek UMS Rappang.
B. Alat
dan Bahan
Alat
yang digunakan pada praktikum ini adalah:
a. Gloves
plastic (sarung tangan plastik)
b. Penggaris
c. Talenan
d. Plastik
e. tissu
f. Pisau
Bahan
yang digunakan pada praktikum ini adalah:
a. Ikan
laut
b. Air
C. Prosedur
Praktikum
Adapun
prosedur pada praktikum ini adalah:
1. Cuci
ikan dengan bersih kemudian tiriskan. Timbang berat utuh (a)
2. Pisahkan
bagian sisik, ekor, sirip, kepala, ingsang, serta isi perutnya. Kemudian pisahkan
dagingnya dari tulangnya. Cuci sampai bersih kemudain tiriskan. Timbang berat
dagingnya (b)
3.
Hitung persentase berat daging terhadap berat
utuh.
%
bagian yang dapat dimakan x100%
BAB IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Dari praktikum yang sudah di laksanakan,dapat
diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 1. Data Hasil Pengamatan
Kelompok
|
Jenis Ikan
|
Panjang (cm)
|
a (gram)
|
b (gram)
|
Bagian yang dapat di makan %
|
1
|
Ikan nila
|
19,5
|
133,4
|
39,4
|
29,533
|
2
|
Ikan layang
|
25
|
163,7
|
100,2
|
61,209
|
3
|
Ikan nila
|
18
|
128,8
|
51
|
39,596
|
Sumber
: Data primer hasil pengamatan persentase bagian ikan yang dapat dimakan 2019.
B. Pembahasan
Pada pengamatan dari kelompok satu mengambil bahan
praktikum dari jenis ikan sungai yaitu ikan nila. Data pengataman dari kelompok
tiga memperoleh hasil yaitu panjang ikan nila 19,5 cm dan memiliki berat utuh
133,4 gram, dan setelah diberihkan dari bagian yang tidak bisa dimakan
diperoleh berat daging yaitu 39,4 gram.setelah diperoleh dari semua beratnya
kemudian di jumlahkan dan memperoleh 29,533% bagian yang dapat di makan.
Pada penenlitian dari kelompok dua, kami mengambil
bahan praktikum ikan yang berasal dari
laut yaitu ikan Layang. Ikan yang kami ambil termasuk yang sudah dewasa dengan
panjang 25 cm dengan berat utuh sebesar 163,7 gram. Kemudian ikan tersebut di
bersihkan dann membuang bagian umumnya tidak dimakan dam memperoleh daging
beratnya 100,2 gram. Setelah mengetahui berat dagingnya kemudian di jumlahkan
dan yang diperoleh adalah 61,209% bagian ikan yang dapat dimakan.
Pada pengamatan dari kelompok tiga, mereka mengambil
bahan praktikum dari jenis ikan danau yaitu ikan nila. Ikan tersebut memiliki
panjang 18cm dengan berat utuh sebesar 128,8 gram dan berat setelah di
bersihkan dari bagian umumnya dibuang pada ikan yaitu 51 gram berat dagingnya. Setelah
dijumlahkan agar dapat mengetahui berapa persen dari bagian ikan tersebut yang
dapat dimakan adalah 39,596%.
Dari pengamatan yang kami lakukan sama seperti yang
dikatakan Nontji (2002) dan Prihartini (2006) bahwa ukuran dari ikan layang
sekitar 15 centimeter meskipun ada pula yang bisa mencapai 25 centimeter . Ciri
khas yang sering dijumpai pada ikan
layang ialah terdapatnya sirip kecil (finlet) di belakang sirip punggung
dan sirip dubur dan terdapat sisik berlingin yang tebal (lateral scute) pada
bagian garis sisi (lateral line). Dari pengamatan tersebut kami mendapatkan
ukuran panjang ikan layang yaitu 25 centimeter. Dan untuk data persentase
bagian yang dapat di makan kami tidak bisa mendapatkan hasil yang pasti.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan
praktikum diatas, maka dapat ditarik
beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Ikan
laut jenis layang memiliki persentase daging yang dapat dimakan lebih banyak
daripada ikan danau dan sungai. Ikan layang memiliki lebih banyak daging
daripada bagian-bagian yang umumnya dibuang sedangkan ikan sungai jenis nila memiliki persentase
yang dapat dimakan lebih sedikit.
2. Ikan layang termasuk ikan yang hidup di laut
dengan kedalaman 45-100 meter. Ukurannya sekitar 15 centimeter meskipun ada
pula yang bisa mencapai 25 centimeter . Ciri khas yang sering dijumpai pada
ikan layang ialah terdapatnya sirip kecil (finlet) di belakang sirip punggung
dan sirip dubur dan terdapat sisik berlingin yang tebal (lateral scute) pada
bagian garis sisi (lateral line).
B. Saran
Saran
yang dapat disampaikan pada praktikum ini yaitu agar pada praktikum selanjutnya
penggunaan alat praktikum lebih diperhatikan dan digunakan dengan tingkat
ketilitian yang tinggi sehingga dapat diperoleh data yang lebih akurat.
LAMPIRAN
A. Lampiran
1
Dari hasil penimbangan ikan nila yang
berasal dari sungai , maka diketahui:
-
Berat ikan utuh (a) = 133,4 gram
-
Berat daging utuh (b) = 39, 4 gram
Penyelesaian:
% bagian yang dapat dimakan x 100%
x 100%
gram
Jadi % bagian ikan nila yang dapat
dimakan adalah 29,535 gram.
B. Lampiran
2
Dari hasil penimbangan ikan layang yang
berasal dari laut , maka diketahui:
-
Berat ikan utuh (a) = 163,7 gram
-
Berat daging utuh (b) = 100,2 gram
Penyelesaian:
% bagian yang dapat dimakan x 100%
x 100%
gram
Jadi % bagian ikan nila yang dapat
dimakan adalah gram.
C. Lampiran
3
Dari hasil penimbangan ikan nila berasal
dari danau, maka diketahui:
-
Berat ikan utuh (a) = 128,8 gram
-
Berat daging utuh (b) = 51 gram
Penyelesaian:
% bagian yang dapat dimakan x 100%
x 100%
gram
Jadi % bagian ikan nila yang dapat
dimakan adalah 39,596 gram.
DAFTAR PUSTAKA
Apriliyanti,
Henny. 2000. Beberapa Aspek Biologi Ikan
Layang, Decapterus russelli (Ruppel) di Perairan Teluk Sibolga, Sumatera Utara.
Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Manik, N. 2009.
Hubungan Panjang-Berat dan Faktor Kondisi Ikan Layang (Decapterus ruselli) dari Peraian Sekitar Teluk Likupang Sulawesi
Utara. Oseanologi Dan Limnologi di
Indonesia 35(1): 65-7 Nontji. A.
2002. Laut Nusantara. Djambatan. Jakarta.
Prihartini. A.,
Anggoro. S., Asriyanto. 2006. Analisis
Tampilan Biologis Ikan Layang (Decapterus spp) Hasil Tangkapan Purse Seine yang
Di Daratkan di ppn Pekalongan. Balai Besar Pengembangan dan Penangkapan
Ikan (BBPI). Semarang.
Saanin, 1984.
Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan Volume I dan II. Bina Rupa Aksara.
Jakarta.
Tim Penyusun Penuntun
Praktikum Pengetahuan Bahan Hasil Pertanian, 2019. Penuntun Praktikum Pengetahuan Bahan Hasil Pertanian. Universitas Muhammadiyah
Sidenreng Rappang. Sidenreng Rappang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar